Pages

Wednesday, April 9, 2008

Jangan Main-main dengan Tangung Jawab


"Tolong bangunkan yang tidur itu. Kalau mau tidur silakan di luar saja," tegur Presiden, sambil menunjuk pimpian daerah yang masih terlelap tidur.



Masih mengarahkan pandangan kepada peserta yang tertidur, Presiden yang tengah berbicara tentang penghematan anggaran menghentikan sejenak pidatonya untuk menegur yang tertidur:
"Pimpinan bagaimana dapat memimpin rakyat kalau tidur! Malu dengan rakyat yang memilih. Untuk mendengarkan pembicaraan untuk rakyat saja tidur! Jangan main-main dengan tangung jawab. Berdosa, bersalah dengan rakyat," ujarnya.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghentikan pidatonya dalam pembekalan kepada peserta forum konsolidasi pimpinan daerah, bupati, wali kota, ketua DPRD kabupaten/kota di Gedung Lembaga Ketahanan Nasional, Jakarta, Selasa, 8 April 2008, karena mendapati peserta yang mendengarkan pidatonya tertidur.

Eksistensi manusia ada pada rasa tanggung jawabnya. Hidup adalah rangkaian tanggung jawab. Tangung jawab adalah keberanian menerima dan melaksanakan kewajiban dengan benar dan pantas. Mengantuk lalu tertidur adalah fitrah manusia, masuk dalam logika kebenaran, tapi apakah pantas jika dilakukan sembarang tempat tanpa kendali, secara manusia berakal. Akal sebagai mesin pengendali nafsu, sudah semestinya dominan dalam setiap langkah dan sikap individu dalam melaksanakan tanggungjawabnya. Setiap manusia akan datang kepada Sang Maha Pemilik untuk mempertanggungjawabkan setiap jengkal langkah hidupnya.

Tidak ada satu makhluk (berakal) pun di langit dan di bumi kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan gang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri (QS. Maryam: 93-95).

Tidak ada pembenaran apapun untuk lari dari tanggung jawab. “Anda tidak bisa lari dari tanggung jawab hari esok dengan menghindarinya pada hari ini”. (Abraham Lincoln). Tidak jarang individu mencari-cari alasan sebagai pembenaran untuk menghindari tanggung jawabnya. Sudah menjadi tanggung jawab setiap karyawan, khususnya PNS, untuk masuk kantor tiap hari. Namun masih saja ada yang beralasan, “…..rumahku kan jauh, kalau mesti masuk kantor tiap hari, berat diongkos donk, tahu sendiri gaji kita sebulan berapa………”; ada lagi, “……..biasalah macet ….mana bisa kalau gw disuruh dateng pagi…..” Inilah realita disekitar kita, setitik noda bagi pengabdian, akibat ulah segelintir oknum yang abai atau tidak sadar akan tanggung jawabnya. Padahal sebagai abdi negara, apalagi pejabat, mereka adalah orang-orang terpilih yang dibayar oleh rakyat untuk melayani rakyat, memajukan negeri ini.

Mereka mempunyai hati yang tidak digunakan untuk mengerti. Mereka mempunyai mata yang tidak digunakan untuk melihat. Mereka mempunyai telinga yang tidak digunakan untuk mendengar. Seperti binatang-lah mereka, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A'raf:179).

Tanggung jawab menunjukkan kualitas diri kita. Karena tanggung jawab, kita akan dipercaya orang, dihargai orang, dan tentu saja akan mendapatkan hak yang sepantasnya. Hidup ini akan sangat indah jika setiap pemimpin bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya, sebab sesungguhnya : “Setiap orang dari kamu adalah pemimpin, dan kamu bertanggung jawab atas kepemimpinan itu”. (Al-Hadits, Shahih Bukhari - Muslim)”.

Belum terlambat, mari kita berubah, “if you don’t change, you die”, Majulah Negeriku!!!

No comments:

Post a Comment